BK Pada Masalah Khusus


REVIEW JURNAL
 “Bimbingan Konseling Pada Masalah Khusus”

Dosen :  Achmad Zayadi, M.Pd


Disusun Oleh:
Abdul Muiz
Nipoyana
Hasmawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL – HIKMAH JAKARTA
2018

Jurnal 1
a.       Judul
PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMK N 4 PADANG
Jurnal ini disusun oleh Dina Dwinita, Jurusan PLB FIP UNP
b.      Focus Masalah
Penanganan masalah, dan Usaha yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, di SMK negeri Padang. Subjek penelitian adalah seluruh warga sekolah.
c.       Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan konseling bagi anak berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang
d.      Teori-teori yang digunakan
Menurut Prayitno, dkk. (2003:10) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental emosi dan sosial, atau  gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus, yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan atau ketunaan mereka. Menurut Kauffman & Hallahan (2005:28-45), ada 10 jenis ABK antara lain sebagai Berikut:
1.      Tunagrahita,
2.      Tunanetra,
3.      Kesulitan Belajar,
4.      Autis,
5.      Gangguan Perilaku,
6.      Tunadaksa,
7.      Tunalaras,
8.      Tunaganda,
9.      Tunarungu,
10.  Anak Barbakat
e.       Metode penelitian
Berdasarkan jenis penelitian yang diteliti yaitu Pelaksanaan BK bagi ABK di (SMK N 4 Padang), maka peneliti memilih metode deskriptif kualitatif untuk memahami dan memperoleh gambaran yang terjadi dilapangan sebagaimana adanya tanpa melakukan perubahan atau intervensi terhadap sasaran penelitian.

f.       Kesimpulan/hasil
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Bimbingan Konseling bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SMK Negeri 4 Padang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ini dibuktikan dengan tidak adanya tupoksi yang dilaksanakan dengan benar dan lancar. Selain itu dari 14 tupoksi hanya 6 tupoksi saja yang dapat dilaksanakan dengan baik. Selebihnya tupoksi tersebut tidak dilaksanakan dengan baik bahkan ada yang tidak dilaksakan sama sekali seperti Asessmen dan identifikasi, Kunjungan rumah, dan pemberian bimbingan karier terhadap Anak Berkebutuhan Khusus.


Jurnal 2
a.       Judul
PENGALAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Jurnal ini Ditulis oleh Yahya AD dan Siti Kristika, Dosen dan Mahaiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Raden Intan Lampung Diterima: Oktober 2015. Disetujui: November 2015. Dipublikasikan: Desember 2015
b.      Fokus masalah
Berdasarakan hasil wawancara peneliti dengan guru SMP Negeri 14 Bandar Lampung bapak Wahyudin, S.Pd., selaku guru Bimbingan dan Konseling yaitu: “bahwa untuk menangani ABK selama anak berada di lingkungan sekolah, hal yang harus ditekankan kepada seluruh warga SMP Negeri 14 Bandar Lampung untuk selalu menyayangi, menghargai, beradaptasi dengan baik, dan selalu berprilaku sabar dan penuh keikhlasan. Sehingga apa yang diharapkan oleh pihak sekolah, orang tua dan berjalan dengan baik, respon dari temanteman sebaya sangat antusias dengan kehadiaran mereka bisa belajar bersamasama dengan anak yang normal lainya”.
Namun tidak semua berjalan seperti yang kita harapkan, setelah survey pra penelitian, peneliti menemukan guru merasakan kesulitan saat anak mengalami tantrum, sulitnya beradaptasi ABK saat beribadah sehingg mngekibatkan kurang khusuknya sholat.
c.       Tujuan penelitian
Untuk mengungkap lebih lanjut pengalaman Guru Bimbingan dan konseling dalam menangani Anak Berkebuthan Khusus dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, karna dengan menggunakan akan dapat menggambarkan pengalaman guru bimbingan dan konseling dalam menangani anak ABK.
d.      Teori-teori yang digunakan
Menurut . Prawitasari (2011), Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai kelainan tubuh dan mental. Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, ditunjukan kepada anak-anak yang di anggap memiliki kelaian penyimpangan, dari kondisi rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, atau anak yang berbeda dari ratarata umumnya, dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak.
Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan peraturan ini, yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik secara umumnya. (Permendiknas, 2015)  Oleh karena itu ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah. Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandar Lampung. Pendidikan inklusif diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak ABK selama ini. Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan ABK belajar di sekolah-sekolah terdekat, di kelas bisa bersama teman-teman seusianya. (Abay, 2014)
e.       Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, penelitian kualitatif adalah berakar pada latar belakang ilmiah sebagai kebutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif analistis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori, lebih mementingkan proses dari pada hasil, memilih seperangkat kriteria untuk menulis keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian disepakati oleh subjek penelitian. (Maleong, 2001)
f.       Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pengalaman Guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani Anak Berkebutuhan Khusus, merupakan pengalaman yang luar biasa berat dan tidak mudah untuk dilalui dalam menghadapi perasaan yang berbagai warna di sepanjang kehidupan dan berbagai hambatan yang di temui.
Kemampuan koping dan pemberdayaan Guru Bimbingan dan Konsling secara efektif serta dukungan sosial yang kuat dari orang tua anak, warga sekolah, lingkungan masyarakat, yang memberikan kekuatan bagi Guru Bimbingan dan Konseling untuk mendapatkan makna yang mendalamdan melukis harapan baru saat menangani Anak Berkebutuhan Khusus


Jurrnal 3
a.       Judul
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI TRAUMA SEORANG SISWA PASCA PENGANIAYAAN DI SCCC (SURABAYA CHILDREN CRISIS CENTRE)
Penelitian ini disusun oleh Hadi Riyanto dan Abd. Syakur, Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya
b.      Fokus Masalah
            Penelitian ini mengangkat permasalahan trauma yang dialami siswa SD berusia  sekitar 12 tahun di SCCC (Surabaya Children Crisis Centre) Klien mengalami penganiayaan oleh seorang polisi yang menyebabkan bengkak di bagian wajah dan lutut mengalami rasa sakit berupa memar. Sejak kejadian tersebut, klien takut keluar rumah, takut tidak mau berangkat sekolah, cemas, sedih, dan kadang menangis. Ketakutan ini Joni sangat menggagu minat belajar, selalu teringat kejadian dan takut akan terjadi lagi pada dirinya.
c.       Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah untuk menghilangkan trauma pada anak SD berusia  sekitar 12 tahun di SCCC (Surabaya Children Crisis Centre) Klien mengalami penganiayaan oleh seorang polisi yang menyebabkan bengkak di bagian wajah dan lutut mengalami rasa sakit berupa memar. Sejak kejadian tersebut, klien takut keluar rumah, takut tidak mau berangkat sekolah, cemas, sedih, dan kadang menangis. Ketakutan ini Joni sangat menggagu minat belajar, selalu teringat kejadian dan takut akan terjadi lagi pada dirinya.
d.      Teori-teori yang digunakan
            Menurut kartini kartono dan jenny anny  andari dalam bukunya “hyglene mental dan kesehatan mental dalam islam” bahwa trauma atau kejadian traumatis adalah laku jiwa yang dialami seseorang disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedikan atau melukai jiwanya27.
            Sedangan menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah psikologi memberikan pengertian trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, meningalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
            Dalam bukunya Achmanto Mendatu yang berjudul “Pemulihan Trauma” secara umum macam-macam trauma dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu trauma fisik, trauma post-cult, trauma psikologis
e.       Metode penelitian
            Penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik analisis data dilakukan secara trangulasi (gabungan). Subyek penelitian ini adalah seorang siswa SD berusia  sekitar 12 tahun di SCCC (Surabaya Children Crisis Centre) sebagai data primer.
f.       Kesimpulan
            Berdasrkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Trauma seorang siswa kelas enam SD pasca penganiayaan oleh seorang polisi  mengalami kecemasan yang ditandai, susah tidur, tidak mau sekolah, dia lebih suka pendiam, merasa ketakutan dan suka mengingat kejadian tersebut.
2.      Proses pelaksanaan Terapi kognitif behavior dalam menangani kasus trauma seorang siswa pasca penganiayaan oleh seorang polisi, melakukan proses konseling konselor bertatap muka langsung dengan klien dan memberikan bimbingan agar bisa membantu kondisi klien tersebut. Karena dari pengamatan orang tua setelah di adakan proses konseling yang diberikan kepada klien, dengan terapi kognitif behavior yang melalui pendekatan beberapa tahapan yaitu analisis, diagnosis, prognosis, terapi, follow up sehingga dari proses konseling ada perubahan pada diri klien walaupun tidak semuanya dalam melakukan perubahan pada kondisi klien tersebut yang dulunya sering bangun malam, mengalami kecemasan, sekarang  klien bisa tidur dengan pulas seperti yang dulu, klien tidak mau sekolah sekarang aktif untuk sekolah, sejak kejadian klien dipukuli menjadi pendiam, akan tetapi sekarang sudah bisa berbaur dengan teman-temannya, awalnya merasa ketakutan sekarang suda berani keluar rumah, suka mengingat kejadian tersebut sekarang sudah jarang.


Jurnal 4
a.       Judul
KONSELING KRISIS: SEBUAH PENDEKATAN DALAM MEREDUKSI MASALAH TRAUMATIK PADA ANAK DAN REMAJA
Penelitian ini disusun oleh Sestuningsih Margi Rahayu Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Mulawarman E-mail: rahayusestuningsih@gmail.com
b.      Fokus masalah
            Untuk mereduksi masalah traumatic pada anak dan remaja yang diakibatkan oleh kekerasan seksual, bullying dan perceraian yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan dan memberikan dampak traumatik.
            Kasus-kasus yang terjadi tentu sangat besar sekali pengaruhnya bagi anak dan remaja sehingga meninggalkan dampak traumatik yang begitu mendalam seperti depresi, penyangkalan, malu, ketakutan, kesedihan, membolos, mimpi buruk, berbohong, dan psikosomatis dan sebagainya. Oleh sebab itu diperlukan intervensi yang tepat salah satunya melalui konseling krisis. Konseling krisis digunakan sebagai salah satu intervensi dalam proses penyembuhan.
c.       Tujuan Penelitian
            Tujuan dari konseling krisis adalah berkisar pada memberikan bantuan segera dan dalam berbagai bentuk kepada orang yang membutuhkan misalnya psikologis, keuangan dan hukum. "Apa yang terjadi selama krisis menentukan apakah krisis akan menjadi wadah penyakit yang akan berubah menjadi kondisi yang kronis dan bersifat jangka panjang atau tidak. Pada awalnya konselor menggunakan teori dasar krisis untuk membantu "orang dalam krisis mengenali dan membetulkan penyimpangan afektif, tingkah laku, kognitif yang temporer yang disebabkan peristiwa traumatis.
d.      Teori-teori yang digunakan
            Konseling krisis adalah penggunaan beragam pendekatan langsung dan berorientasi pada tindakan untuk membantu individu menemukan sumber daya di dalam dirinya atau menghadapi krisis secara eksternal. Dalam semua bentuk konseling krisis pelayanan cepat dan efisien diberikan dalam cara khusus (Gladding, 2012).
            Menurut James (dalam Gladding, 2012) krisis adalah persepsi atau pengalaman akan sesuatu peristiwa atau situasi sebagai kesulitan yang tidak dapat ditorerir yang melebihi sumber daya dan kemampuan seseorang untuk mengatasinya saat itu. 
e.       Metode penelitian
            Metode yang digunakan adalah metode pendeketan pada klien yang akan melakukan konseling dengan cara mengajukan pertanyaan pertanyaan dan mengungkapkan pengalaman dari klien tersebut.
f.       Kesimpulan
            Dalam mereduksi traumatik akibat kekerasan seksual, bullying dan perceraian dan proses pengembangan kepribadian individu kearah yang postif dan lebih baik, konseling krisis dapat di gunakan sebagai intervensi. Pertimbangan konseling krisis sebagai intervensi yaitu pendekatan konseling krisis diberikan secara khusus, cepat, singkat, langsung, efisien dalam proses pelayanan, pendekatan menggunakan tujuan dan maksud sederhana karena sifat krisis yang tiba-tiba dan/atau traumatis, pendekatan ini tergantung pada intensitas yang lebih besar dari pada bentuk konseling biasa, konselor yang bekerja dalam konseling krisis memiliki kepribadian yang matang, memiliki pengalaman kehidupan, memiliki keahlian dasar untuk memberikan bantuan, berenergi tinggi, mempunyai refleks mental yang cepat, tetapi juga seimbang, kalem, kreatif, dan fleksibel dalam menghadapi situasi yang sulit.



Jurnal 5
a.       Judul
PENGEMBANGAN MODEL KONSELING LOGO UNTUK MENCEGAH PEYALAHGUNAAN NARKOBA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA PADA PARA SISWA DI BALI
Jurnal ini di tulis oleh Kadek Suranata ( e-mail: sura@konselor.org ) Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
b.      Fokus masalah
            Penggunaan model bimbingan konseling yang efektif yaitu model konseling logo untuk mencegah penyalahgunaan napza oleh para siswa pelajar di Bali yang menunjukkan ciri-ciri mereka memiliki kecenderungan sebagai penyalahguna narkoba, psikotropika, dan obat terlarang.
c.       Tujuan Penelitian
            Menanggulangi Penyalahgunaan napza di kalangan siswa di bali yang dapat menimbulkan efek negatif berupa bahaya baik bagi penyalahguna itu sendiri berupa rusaknya mental dan bahkan kematian,  bahaya bagi keluarga, bagi lembaga sekolah. Lebih jauh persoalan penyalahgunaan napza dapat memberikan kerugian bagi masyarakat, bangsa dan negara berupa tidak produktifnya masyarakat dan meningkatnya tingkat kejahatan.
d.      Teori Yang Digunakan
            Terdapat beberapa penyebab siswa terlibat dalam kasus penyalahgunaan Napza, hal-hal tersebut dapat dididentifikasi sebagai berikut: (1) dipengaruhi kawan, siswa masih memiliki jiwa yang labil dan masih mencari jati diri, sehingga mudah dipengaruhi dan ikut-ikutan kawan; (2) rasa ingin tahu yang tinggi, siswa suka mencoba hal-hal yang baru, termasuk yang dapat membahayakan dirinya; (3) solidaritas kelompok, kuatnya rasa solidaritas siswa menyebabkan ia sulit  menolak tekanan anggota kelompoknya termasuk tawaran narkoba; (4) ingin tampil menonjol, siswa sering mencari perhatian dengan harapan terlihat berani, percaya diri dan tampil beda,  (5) menghilangkan rasa bosan dan stress, siswa sering menganggap narkoba dapat menyelesaikan masalah-  masalah yang dihadapinya, (6) rendahnya mental dan spiritual, siswa yang sedikit memahami makna hidupnya cenderung mencari pelarian untuk mengatasi masalahnya, seperti terlibat dalam penyalahgunaan napza, (7) keinginan memberontak, sebagian siswa menggunakan narkoba  sebagai reaksi pemberontakan   terhadap kekuasaan orang tua (Suranata, 2009)
e.       Metode penelitian
            Penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan (research and development atau R&D) yang terdiri dari tujuh langkah pokok yaitu, (1) research and information collecting; (2) pllaning; (3) develop preliminary form of product; (4) preliminary field testing and product revision; (5) main field test and product revision; (6) operational field test and product revision; dan (7) dessemination implementastion and institutionalization, (Wolter R. Borg dan Meredith Damien Gall (1989 dalam Dantes, 2007). Penelitian dilakukan pada dua tahap, pada tahap I ini fokus penelitian adalah pada analisis kebutuhan, pengujian model secara teoretik, dan uji pengaruh model secara emperik pada populasi skala kecil.
f.       Kesimpulan
hasil ekperimen  untuk menguji pengaruh model konseling logo dalam menurunkan kecenderungan penyalahgunaan napza di SMK N 1 Singaraja menunjukkan bahwa para siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo dapat menurunkan kecenderungan menyalahgunakan napzanya lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak dilibatkan dalam kegiatan konseling logo.



Aspek
Jurnal 1
Jurnal 2
Jurnal 3
Jurnal 4
Jurnal 5
Kebutuhan BK pada masalah khusus
Konseling pada anak berkebutuhan khusus
Konseling masalah traumatic
Konseling pada kecanduan narkoba


Spesifikasi :
Kebutuhan BK pada masalah khusus
Jurnal 2
Dengan adanya masalah yang ada di sekolah maka sangat diperlukannya keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah yang berperan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berbagai hal teurtama dalam menangani anak inklusif, disinilah peran guru bimbingan dan konseling di sekolah mulai diperlukan dan bukan saja hanya mengatasi berbagai macam kesulitan peserta didik, akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal peserta didiknya secara lebih mendalam sehingga bimbingan dan konseling lebih sisrtematis dan bermutu.


Konseling Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Jurnal 1
Secara umum pengertian bimbingan dan konseling (pendidikan) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam rangka pengembangan pribadi, karir, studi dan sosialnya.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental emosi dan sosial, atau gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus, yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan atau ketunaan mereka.
Jurnal 2
Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan peraturan ini, yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik secara umumnya. (Permendiknas, 2015).

Konseling Masalah Traumatik
Jurnal 3
Menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah psikologi memberikan pengertian trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, meningalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Proses pelaksanaan Terapi kognitif behavior dalam menangani kasus trauma seorang siswa pasca penganiayaan oleh seorang polisi, melakukan proses konseling konselor bertatap muka langsung dengan klien dan memberikan bimbingan agar bisa membantu kondisi klien tersebut.
Jurnal 4
Konseling krisis sebagai sebuah pendekatan yang arahnya kepada intervensi pada hal-hal yang sifatnya traumatik akan membantu dalam proses penyembuhan. Hal ini berdasarkan tujuan dari konseling krisis yaitu memberi bantuan segera dan dalam berbagai bentuk kepada orang yang membutuhkan (Gladding, 2012).

Konseling Pada Kecanduan Narkoba
Jurnal 5
Penyalahgunaan napza di kalangan siswa dan pelajar adalah masalah yang menghawatirkan dan mengancam kelangsungan hidup bangsa. Badan narkotika Nasional atau BNN (2005: 37) menyebutkan bahwa Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik, serta menimbulkan ketergantungan. Ancaman yang ditimbulkan adalah rusaknya generasi muda yang diharapkan sebagai sendi-sendi penerus bangsa.
Dalam menanggapi permasalahan tersebut dan terkait dengan kewajiban konselor sekolah, maka sudah tentunya dibutuhkan model bimbingan konseling yang efektif untuk mencegah penyalahgunaan napza. Model Konseling logo merupakan salah satu model dalam pelayanan konseling di sekolah yang menitik beratkan pada pengembalian makna hidup dan penemuan jati diri siswa

Kesimpulan:
Berdasarkan review yang telah disusun berhubungan dengan pembahasan utama mengenai bimbingan konseling pada masalah khusus, yang mana masalah khusus tersebut terdiri dari konseling pada anak berkebutuhan khusus, konseling pada traumatic dan konseling pada masalah narkoba sangat lah penting dan tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Karena pertama, Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 tentang inklusif, yang mana ABK mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran yang sama dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik secara umumnya. Tentunya khusus untuk ABK memerlukan treatment khusus dari konselor. Kedua, Kasus traumatik yang begitu mendalam seperti depresi, penyangkalan, malu, ketakutan, kesedihan, membolos, mimpi buruk, berbohong, dan psikosomatis dan sebagainya. Harus segera ditagani konselor karena jika tidak akan berdampak pada masa depan anak. Ketiga, Penyalahgunaan napza di kalangan siswa dapat menimbulkan efek negatif berupa bahaya baik bagi penyalahguna itu sendiri berupa rusaknya mental dan bahkan kematian,  bahaya bagi keluarga, bagi lembaga sekolah. Lebih jauh persoalan penyalahgunaan napza dapat memberikan kerugian bagi masyarakat, bangsa dan negara berupa tidak produktifnya masyarakat dan meningkatnya tingkat kejahatan. Masalah tersebut harus segera di tanganin oleh konselor karena dapat merusak generasi muda yang diharapkan sebagai sendi-sendi penerus bangsa.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

JENIS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

Review jurnal BK "strategi pengendalian diri dalam BK

METODE DAN STRATEGI BIMBINGAN KONSELING (REVIEW JURNAL)